Kisah Umar bin Khattab dan Pengemis Tua
Cerita inspiratif tentang kisah Umar Bin Khattab dan pengemis tua. Kisah ini terjadi pada masa Umar Bin Khattab menjabat sebagai khalifah ke-2 menggantikan khalifah Abu Bakar Sidiq r.a.
Khalifah Umar Bin Khattab selain terkenal dengan sikapnya yang tegas dan adil, juga sangat hati-hati dalam menjaga amanah jabatan dan kekuasaan yang diembannya. Akan tetapi sebagai seorang manusia, Khalifah Umar Bin Khattab sadar bahwa dia terkadang memiliki kealpaan. Walaupun dia telah telah berusaha semaksimal mungkin untuk mensejahterakan rakyatnya, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan masih ada sebagian masyarakat yang luput dari kebijakannya tersebut sehingga tidak merasakan dampak kebaikannya.
Oleh karena itu, jika Umar Bin Khattab mengetahui masih ada rakyatnya yang menderita, maka dia bersegera untuk memberikan bantuan, bahkan oleh dirinya pribadi secara langsung. Hal itu semata-mata dilakukannya karena rasa takutnya akan siksaan yang akan diterimanya kelak di Hari Pembalasan akibat kelalaiannya sebagai seorang pemimpin.
Kisah Umar Bin Khattab dan pengemis tua ini merupakan salah satu contoh bagaimana keagungan pribadi beliau sebagai seorang khalifah dan pemimpin rakyat. Suatu ketika, saat Umar Bin Khattab sedang dalam perjalanan pulang dari negeri Syam menuju Madinah, dia bertemu dengan seorang wanita pengemis tua. Si wanita pengemis tua itu tengah beristirahat di gubuknya yang sudah reyot.
Saat itu Khalifah Umar Bin Khattab menyamar menjadi orang awam karena beliau ingin melihat sendiri akan penderitaan yang di alami oleh rakyatnya dan ingin mendapat maklumat atau pandangan rakyat terhadapnya. Ketika tiba di rumah wanita pengemis tua tersebut, Khalifah memberi salam dan berkata. “Adakah nenek mendengar apa-apa berita tentang Umar?”. “Kabarnya Umar baru saja pulang dari Syria dengan selamat”. Kata khalifah lagi, “Bagaimana pendapat nenek tentang khalifah kita itu”.
Si wanita pengemis tua itupun menjawab, “Aku berharap Allah tidak membalasnya dengan kebaikan”. Umar kemudian penasaran dengan jawaban si wanita pengemis tua itu dan lanjut bertanya. Mengapa begitu? tanya Umar. Jawab sang wanita pengemis tua, “Ia sangat jauh dari rakyatnya. Semenjak menjadi khalifah dia belum pernah menjenguk pondokku ini, apa lagi memberi uang”. Jawab Umar “Bagaimana mungkin dia dapat mengetahui keadaan nenek sedangkan tempat ini jauh terpencil”. Wanita pengemis tua itu mengeluh dan berkata “Subhanallah! tidak mungkin seorang khalifah tidak mengetahui akan keadaan rakyatnya walau dimana mereka berada”.
Mendengar jawaban itu, Khalifah Umar Bin Khattab tersentak lalu berkata didalam hatinya, “Celakalah aku karana semua orang dan nenek ini pun mengetahui perihal diriku”. Khalifah Umar Bin Khattab menyesal sambil meneteskan air mata. Kemudian beliau melanjutkan perkataannya, “Wahai nenek, berapakah kamu hendak menjual kedzaliman Umar terhadap nenek?. Saya kasihan kalau khalifah Umar Bin Khattab nanti akan masuk neraka. Itu pun kalau nenek mau menjualnya”. Kata wanita pengemis tua, “Jangan engkau bergurau dengan aku yang sudah tua ini”.
Umar Bin Khattab menjawab, “Saya tidak bergurau wahai nenek, saya sungguh-sungguh, berapakah nenek akan menjualnya. Saya akan menebus dosanya, maukah nenek menerima uang sebayak 25 dinar ini sebagai harga kezalimanya dari khalifah Umar Bin Khattab terhadap nenek? ”sambil menyerahkan uang tersebut kepada wanita pengemis tua itu.“
Terima kasih nak, baik benar budi mu ”kata wanita pengemis tua itu sambil mengambil uang yang diberikan oleh Khalifah Umar Bin Khattab."
Sementara itu Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud sedang berjalan juga di kawasan itu. Melihat Khalifah Umar berada disitu, mereka pun memberi salam. “Assalamualaikum ya Amirul Mukminin”. mendengar ucapan tersebut, tahulah nenek bahwa tamu yang berbicara dengannya sebentar tadi adalah Khalifah Umar Bin Khatab. Dengan perasaan takut dan gemetar wanita pengemis tua itu berkata “Masya Allah, celakalah aku dan ampunilah nenek atas kelancangan nenek tadi ya Amirul Mukminin. Nenek telah memaki Khalifah Umar bin Khattab dihadapan tuan sendiri”.
Ratapan nenek telah menyadarkan Saiyidina Umar Bin Khattab. Tidak apa-apa Nek, semoga Allah merahmatimu, kata Umar. Umar kemudian menyobek sebagian bajunya dan menuliskan sesuatu.
“Bismillahirrahmanirrahim, Dengan ini Umar Bin Khattab telah menebus dosanya atas kezalimannya terhadap seorang nenek yang merasa dirinya dizalimi oleh Umar Bin Khattab, semenjak menjadi khalifah sehingga ditebusnya dosa itu dengan 25 dinar. Dengan ini jika perempuan itu mendakwa Umar Bin Khattab di hari Mahsyar, maka Umar Bin Khattab sudah bebas dan tidak bersangkut paut lagi”.
Pernyataan tersebut ditandatangani oleh Sayyidina Ali bin Abi Talib dan di saksikan oleh Abdullah bin Mas’ud. Baju tersebut diserahkan kepada Abdullah bin Mas’ud sambil berkata “Simpanlah baju ini dan jika aku mati masukkan kedalam kain kafanku untuk dibawa mengadap Allah SWT”.
Demikianlah cuplikan kisah Umar Bin Khattab dan Pengemis Tua yang bisa menjadi bahan renungan dan pelajaran bagi kita saat ini. Bagaimana contoh akhlak seorang pemimpin Islam yang sesungguhnya. Tidak heran jika masa kepemimpinan khalifah Umar Bin Khattab yang hanya sekitar 10 tahun, telah berhasil membawa dakwah dan kebesaran Islam hingga ke berbagai wilayah diluar jazirah arab. Pada masa kekuasaan Khalifah Umar Bin Khattab r.a, kekuasaan Islam sudah meliputi jazirah Arab, Palestina, Syiriah, sebagian besar wilayah Persia dan Mesir. Semoga rahmat Allah senantiasa menyertainya.Wallahu a'lam bishawab.
0 comments:
Post a Comment